Untuk mencegah penyumbatan material pada peralatan pasir buatan, enam faktor kunci harus diperhatikan: sifat material, kontrol umpan, konfigurasi peralatan, perawatan komponen aus, standar operasional, dan stabilitas tegangan. Berikut analisis detailnya:
I. Kontrol Sifat Material
Manajemen Kelembapan: Material dengan kadar air tinggi mudah menempel pada dinding bagian dalam ruang penghancur, yang menyebabkan penyumbatan. Ambil contoh batu bara—material kental yang umum—sebagai contoh: ketika kadar airnya tinggi, lapisan lengket terbentuk selama penghancuran. Lapisan ini tidak hanya menghambat penghancuran normal tetapi juga menyebabkan material selanjutnya menempel padanya, yang selanjutnya memperparah penyumbatan. Data produksi menunjukkan bahwa ketika kadar air melebihi 15%, kemungkinan penyumbatan material berbasis batu bara meningkat secara signifikan. Solusinya melibatkan grading material, memisahkan material lengket yang sangat lengket dan kaya kelembapan dari material yang lebih kering dan seperti balok. Untuk material yang sangat lembap, pemanasan awal atau perlakuan pengeringan dapat diterapkan. Misalnya, penggunaan pengering udara panas untuk mengurangi kadar air di bawah 8% secara efektif meminimalkan terjadinya penyumbatan.
Kontrol Ukuran Partikel: Material yang terlalu besar atau terlalu keras meningkatkan kesulitan penghancuran, sehingga memicu penyumbatan. Misalnya, umpan yang melebihi ukuran masukan maksimum peralatan yang masuk ke mesin penghancur tanpa terputus dapat tersangkut di dalam ruang penghancur. Dalam studi kasus di pabrik pasir dan kerikil, sejumlah material yang tercampur dengan batuan berlebih yang melebihi ukuran masukan peralatan menyebabkan penyumbatan yang sering terjadi dalam waktu singkat, sehingga secara signifikan mengurangi efisiensi produksi. Solusinya adalah dengan menyaring material sebelum memasuki mesin pembuat pasir. Dengan menggunakan peralatan seperti saringan getar, partikel yang terlalu besar dihancurkan terlebih dahulu untuk memastikan kesesuaian dengan kebutuhan masukan peralatan. Umumnya, ukuran partikel masukan harus dikontrol dalam kisaran 80% dari ukuran masukan maksimum peralatan.
II. Optimalisasi Laju Umpan
Pengumpanan yang Seragam: Laju umpan yang terlalu cepat menyebabkan penumpukan material di ruang penghancur, sehingga meningkatkan beban peralatan. Misalnya, ketika laju umpan melebihi kapasitas pemrosesan, material dengan cepat memenuhi ruang, sehingga menghambat pembuangan. Di pabrik produksi pasir kecil, penanganan operator yang tidak tepat mengakibatkan laju pengumpanan yang terlalu tinggi, yang menyebabkan seringnya penyumbatan peralatan selama operasi dan berdampak besar pada jadwal produksi. Solusinya adalah dengan menggunakan pengumpan bergetar. Perangkat ini mencapai pengumpanan yang seragam dan berkelanjutan dengan menyesuaikan amplitudo dan frekuensi, sehingga mencegah penumpukan material. Uji lapangan menunjukkan bahwa penggunaan pengumpan bergetar mengurangi laju penyumbatan peralatan sekitar 30%.
Pencocokan Kecepatan: Kecepatan pengumpanan harus selaras dengan kapasitas pemrosesan peralatan. Misalnya, penggerak frekuensi variabel (VFD) mengatur kecepatan motor untuk mengontrol keluaran pengumpan bergetar, memastikan kecepatan pengumpanan sesuai dengan kemampuan pemrosesan dan mencegah kelebihan beban. Di fasilitas produksi pasir besar, penerapan teknologi VFD memungkinkan penyesuaian dinamis kecepatan pengumpanan berdasarkan kapasitas pemrosesan waktu nyata, yang secara signifikan meningkatkan stabilitas operasional dan secara substansial mengurangi penyumbatan. Statistik menunjukkan bahwa efisiensi peralatan secara keseluruhan meningkat sebesar 15% setelah penerapan kontrol frekuensi variabel.
III. Rasionalitas Konfigurasi Peralatan
Pencocokan Kapasitas Konveyor Sabuk: Ketika kapasitas konveyor sabuk melebihi kapasitas penghancuran mesin pembuat pasir, material dengan cepat membanjiri mesin penghancur, menyebabkan penghancuran tertunda dan penyumbatan. Misalnya, ketika kapasitas konveyor sabuk melebihi kapasitas penghancuran peralatan sebesar 20%, risiko penyumbatan meningkat secara signifikan. Pada pabrik pasir dan kerikil berukuran sedang, desain kapasitas sabuk konveyor yang tidak sesuai dengan kapasitas penghancuran mesin pembuat pasir sering kali menyebabkan penyumbatan. Solusinya melibatkan konfigurasi kapasitas konveyor sabuk secara rasional berdasarkan kapasitas penghancuran peralatan untuk memastikan pengangkutan material dan kecepatan penghancuran yang terkoordinasi. Umumnya, kapasitas konveyor sabuk harus dikontrol antara 90% dan 110% dari kapasitas penghancuran peralatan.
Penyesuaian Bukaan Pembuangan: Penyesuaian bukaan pembuangan yang tidak tepat memengaruhi kecepatan pembuangan material. Misalnya, bukaan pembuangan yang terlalu kecil menyebabkan pembuangan material yang lambat dan akumulasi di dalam ruang penghancur. Di bengkel pembuatan pasir, bukaan pembuangan yang terlalu kecil menyebabkan penumpukan material di ruang penghancur, yang mengakibatkan penyumbatan peralatan dan mengganggu produksi. Solusinya melibatkan penyesuaian ukuran bukaan pembuangan yang tepat berdasarkan karakteristik material dan kebutuhan produksi untuk memastikan pembuangan material yang lancar. Dalam praktiknya, ukuran bukaan pembuangan yang optimal dapat ditentukan dengan mengamati pola pembuangan material dan kondisi operasi peralatan, kemudian menyesuaikan ukuran bukaan secara bertahap.
IV. Perawatan Komponen yang Aus
Pemantauan Keausan: Keausan parah pada komponen yang aus meningkatkan gesekan antara material dan komponen peralatan, sehingga mencegah pembuangan material tepat waktu. Misalnya, palu, liner, dan komponen aus lainnya yang aus mengurangi efisiensi penghancuran, memperpanjang waktu tinggal material di ruang penghancur, dan meningkatkan risiko penyumbatan. Di salah satu pabrik produksi pasir, kegagalan untuk segera mengganti kepala palu yang aus menyebabkan penurunan efisiensi penghancuran yang signifikan. Material terakumulasi di ruang penghancur, yang pada akhirnya memicu penyumbatan. Solusinya meliputi pemeriksaan kondisi komponen yang aus secara berkala, pembuatan catatan pemantauan keausan untuk mencatat waktu penggunaan dan tingkat keausan. Ketika keausan mencapai ambang batas tertentu, segera ganti komponen yang aus parah. Umumnya, kepala palu harus diganti ketika keausan melebihi 30% dari dimensi aslinya.
Perawatan Pelumasan: Kegagalan sistem pelumasan dapat menyebabkan gangguan operasional dan meningkatkan risiko penyumbatan. Misalnya, pelumas yang tidak memadai atau kualitas oli yang menurun mempercepat keausan komponen, sehingga mengurangi kinerja penghancuran. Di fasilitas produksi pasir, perawatan sistem pelumasan yang tidak memadai—ditandai dengan tingkat oli yang tidak memadai dan kualitas oli yang menurun—mengakibatkan keausan komponen yang parah dan seringnya kemacetan material. Solusinya meliputi inspeksi sistem pelumasan secara berkala untuk memastikan pelumas yang memadai dan bersih serta pemilihan oli yang sesuai dengan kondisi operasi peralatan. Biasanya, kondisi pelumas harus diperiksa setiap 500 jam operasi, dengan penggantian oli setiap 2000 jam.
V. Standar Operasional
Pelatihan Operator: Personel yang tidak terbiasa dengan prinsip dan prosedur peralatan dapat menyebabkan penyumbatan akibat pengoperasian yang tidak tepat. Contohnya termasuk kesalahan penyetelan laju umpan atau port pembuangan. Di pabrik produksi pasir yang baru beroperasi, operator yang kurang memiliki pelatihan sistematis dan kemahiran dalam pengoperasian peralatan berulang kali menyebabkan penyumbatan selama produksi akibat penanganan yang tidak tepat. Solusinya adalah dengan memberikan pelatihan sistematis yang mencakup prinsip-prinsip peralatan, prosedur operasional, pengetahuan perawatan, dan metode tanggap darurat. Pelatihan ini memungkinkan operator menguasai keterampilan pengoperasian peralatan, sehingga mengurangi penyumbatan yang disebabkan oleh kesalahan operasional.
Tanggap Darurat: Susun rencana tanggap darurat penyumbatan yang menetapkan prosedur penghentian, pembersihan, dan pengaktifan kembali. Misalnya, setelah mendeteksi penyumbatan, segera hentikan mesin dan keluarkan material dari ruang penghancur untuk mencegah kerusakan peralatan dan gangguan produksi. Di bengkel produksi pasir, rencana tanggap darurat penyumbatan yang terperinci telah diimplementasikan, dengan latihan rutin yang dilakukan bagi operator. Ketika penyumbatan terjadi, operator segera menjalankan rencana tersebut, meminimalkan waktu henti peralatan dan mengurangi kerugian produksi.
VI. Stabilitas Tegangan
Pemantauan Tegangan: Tegangan rendah atau tidak stabil dapat menyebabkan pengoperasian peralatan yang tidak normal, yang menyebabkan penyumbatan. Misalnya, tegangan rendah mengurangi kecepatan motor dan daya hancur, sehingga mencegah fragmentasi dan pembuangan material secara tepat waktu. Di pabrik pasir terpencil, penyumbatan sering terjadi karena tegangan jaringan lokal yang tidak stabil. Solusinya melibatkan pemasangan penstabil tegangan untuk menjaga pasokan dalam parameter terukur, biasanya dengan akurasi yang dikontrol dalam ±5%.
Jaminan Daya: Berkoordinasi dengan otoritas kelistrikan untuk menjamin pasokan listrik yang stabil di lokasi produksi. Misalnya, selama periode konsumsi puncak, terapkan penjadwalan daya lebih awal untuk mencegah fluktuasi tegangan mengganggu pengoperasian peralatan. Sebuah perusahaan produksi pasir besar telah menetapkan protokol komunikasi yang efektif dengan otoritas kelistrikan setempat. Selama periode permintaan tinggi, departemen kelistrikan menyesuaikan pasokan sesuai dengan kebutuhan produksi perusahaan, memastikan pengoperasian peralatan tanpa gangguan dan meminimalkan penyumbatan yang disebabkan oleh fluktuasi tegangan.